Minggu, 24 Juli 2011

sinopsis marry stayed out all night episode 1

Mary Stayed Out All Night ini di ubah judulnya menjadi Marry Me Mary!
Episode 1 di buka dengan seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang sedang berjalan menggunakan gaun dan tuxedo sambil melemparkan bunga. Lalu dari belakang anak kecil itu muncul pasangan pengantin yang saling tersenyum dan mereka berhenti di depan altar.

Pasangan ini terlihat berbahagia namun kebahagiaan mereka terganggu dengan seorang laki-laki tua yang datang bersama seorang laki-laki muda dan laki-laki tua itu berkata, “Tidak! Pernikahan ini tidak resmi!” Pengantin perempuan sangat kaget melihatnya karena laki-laki tua itu adalah Ayahnya. Tamu undangan pun mulai berbisik-bisik bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Ayah dari pengantin perempuan itu langsung menarik laki-laki muda disisinya itu dan menyandingkannya dengan anak perempuannya itu. Pengantin perempuan kebingungan dan bertanya, “Ayah, apa yang kau lakukan?”
Suasana tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan. Anak kecil yang lucu tadi tiba-tiba berubah menjadi seperti zombi dan para tamu pun berubah menjadi zombi. Kedua laki-laki yang ada di sisi pengantin perempuan itu tiba-tiba terlihat seperti mayat yang kaku dan si laki-laki muda yang di bawa oleh Ayahnya itu dapat memutarkan kepalanya 180derajat. Si pengantin perempuan ketakutan dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman laki-laki muda itu namun tangannya tidak dapat di lepas. Seorang photographer maju ke depan pengantin perempuan dan si pengantin perempuan itu senyum di paksakan lalu fotopun diambil.
Wi Mae Ri (Moon Geun Young) terlihat sibuk mengarahkan para pekerja yang menyita seluruh perlengkapan di rumahnya itu. Dia terus berkata, “Paman berhati-hatilah barang itu lebih mahal dari yang terlihat! Hati-hati!”
Seluruh barang di rumah Mae Ri sudah habis disita dan di bawa pergi oleh para pekerja. Mae Ri masuk kedalam rumahnya yang kini benar-benar sudah tidak ada barang apapun dan dia duduk di tengah ruangan. Mae Ri memejamkan matanya lalu mulai menghitung satu hingga sepuluh. Pada kehitungan sepuluh, Mae Ri membuka matanya dan berkata, “Wooooow di sini banyak sekali ruangan kosong, hmm benar-benar bagus. Aku dapat bermain bola disini Woooah.”
Mae Ri keluar dari rumahnya itu lalu menuruni beberapa tangga dan dia kembali ke rumahnya dengan membawa koper orange yang sangat besar. Mae Ri lalu datang ke rumah tetangganya dan menunggu tetangganya itu membukakan pintu. Tetangganya membukakan pintu dan bertanya, “Apa mereka semua sudah pergi?” Mae Ri menjawab, “Ya.” Tetangganya itu pun mengeluarkan sebuah TV kecil dan memberikannya kepada Mae Ri.
Mae Ri kembali kedalam rumahnya dan mengeluarkan seluruh barang-barang di dalam koper orange itu, “Semua yang tersisa hanya pakaian ini. Aigooo Kapan aku dapat melanjutkan sekolahku? Aku ingin pergi sekolah.”
Mae Ri membereskan barang-barangnya itu sambil menonton TV dan dia melihat ada drama yang di bintangi oleh seorang artis. Mae Ri berkomentar, “Wow itu Seo Joon. Dia sangat cantik saat itu. Apakah sekarang dia tidak bermain drama lagi? Dia dapat berakting dengan baik.” Mae Ri melihat barang-barangnya yang masih menumpuk dan belum di rapihkan, “Aigoo… Kapan aku akan selesai membereskan barang-barang ini?” Mae Ri mengeuarkan barang-barang dari kopernya dan dia melihat ada kompor kecil dan juga panci kecil. Mae Ri senang melihat hal itu dan berkata, “Hmm baiklah aku akan makan terlebih dahulu.”
Mae Ri pergi ke dapur dan siap untuk memasak ramen namun dia tidak jadi memasak ramen karena melihat ada masakan di dalam toples, “Karena aku tidak memiliki kulkas, makanan ini pati akan busuk. Aku tidak akan membiarkannya terjadi!” Mae Ri pun mulai mencampurkan semua makanan itu dan memakannya sambil menonton TV.
Tokyo, Jepang.
Seorang laki-laki tua bernama Jung Suk sedang duduk di dalam sebuah ruangan sambil menatap Photo seseorang yang mirip dengan Mae Ri. Tuan Jung meletakan photo seseorang yang mirip Mae Ri lalu menonton sebuah acara pencarian bakat.
Dalam acara itu seorang wanita Jepang sedang menyanyikan sebuah lagu sambil bergaya. Para Juri yang melihat itu bertepuk tangan kecuali satu orang yaitu Byun Jung In yang merupakan anak dari Tuan Jung. Wanita Jepang itu berkata, “Terima kasih. Aku akan berusaha lebih keras.” Jung In memotong pembicaraan dan berkata, “Tidak! Ini cukup, kau Tidak perlu berusaha lebih keras!” Para Juri kebingungan dan bertanya, “Jung In san apa yang kau bicarakan?” Jung In menjawab, “Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, jika dia tidak memiliki talenta maka dia tidak akan berhasil.” Si wanita Jepang itu terlihat kecewa dan para Juri kebingungan.
Di ruangannya Tuan Jung, ada seorang pekerja yang datang dan berkata, “Direktur, aku benar-benar meminta maaf. Semua yanga da di Korea sudah aku kerahkan tapi mereka tidak dapat menentukan daerah perumahan ini. Ini sepertinya terlihat sulit. Aku meminta maaf, kumohon maafkanlah aku. Kami sudah membuat negosiasi dengan sebuah rumah sakit di Korea.” Tuan Jung yang sedang membersihkan samurainya langsung menyimpan samurainya dan diam saja.
Jung In masuk kedalam ruangan Tuan Jung dan semua body guard Tuan Jung dan si laki-laki pekerja itu pun keluar dari ruangan itu. Jung In bertanya, “Apa kau sudah membaca dokumen bisnis itu?” Tuan Jung menjawab, “Produksi drama ini sama seperti perjudian. Jika ini sukses maka keuntungan akan datang dengan sangat baik, namun jika ini gagal maka kita akan berakhir dalam satu kali kesempatan.” Jung In meyakinkan Ayahnya itu bahwa dia tidak akan mengecewakan.
Tuan Jung berkata, “Bagiku investasi ini akan terjadi jika dalam satu kondisi. Jika seorang laki-laki ingin bekerja maka dia perlu untuk menegakkan kepalanya. Dia perlu melakukan hal itu untuk menjadi lelaki dewasa. Lelaki yang sudah menikah dan memiliki keluarga adalah laki-laki sebenarnya. Ya itu dapat menyelesaikan semua persoalan dan ada sesuatu yang tidak pernah aku sanggup penuhi. Aku ingin kau melakukan bisnis ini dengan sangat baik.” Jung In menatap Ayahnya itu dan berkata, “Aku mengerti, Ayah.”
Mae Ri masih menonton TV di rumahnya dan tiba-tiba dia mendengar ada suara seseorang yang berusaha masuk kedalam rumahnya. Mae Ri jelas takut dan bertanya, “Siapa itu? Hey aku bertanya, Siapa itu?” Pintu terbuka dan laki-laki tua di depan pintu itu berkata, “Ini aku Ayahmu!” Mae Ri kaget dan langsung meminta Ayahnya untuk masuk kedalam rumah.
Mae Ri memberikan makanan dan minuman pada Ayahnya itu. Ayahnya berkata, “Mae Ri, Ayah sudah lelah dan tidak sanggup bertahan lebih lama lagi.” Mae Ri berkomentar, “Itulah mengapa aku memintamu untuk berhenti melakukan ini semua. Berhentilah melakukan bisnis. Berhentilah mempercayai orang lain karena itulah yang membuat kau mudah di tipu.” Ayah Mae Ri bertanya, “Lalu apa yang harus ayah lakukan? Apa yang harus Ayah lakukan sekarang?” Mae Ri menjawab, “Tenang saja. Kita akan memulainya dari awal. Kita akan menghasilkan banyak uang dan dapat membayar semua hutang.”
Ayah Mae Ri berkata, “Apa kau tau berapa hutang kita? Itu lebih dari seratus juta won. Sampai kapan kita harus membyaranya?” Mae Ri kesal dan marah, “Itu lah yang salah denganmu Ayah! Kau mencoba untuk terus menjaganya dan itulah sebabnya kau gagal!”
Tiba-tiba pintu rumah ada yang mengetuk dan ada suara teriakan kencang, “Hey Wi Dae Han! Kau ada di rumah bukan? Bukalah pintunya!” Mae Ri dan Ayahnya sama-sama kaget dan langsung cepat-cepat mematikan lampu rumah lalu bersembunyi di bawah selimut. Para penagih hutang itu datang dan terus mengetuk-ngetuk pintu rumah untuk menagih hutang keluarga Wi.
Mae Ri keluar rumah dan menemui para penagih hutang yang langsung bertanya, “Dimana Ayahmu itu Wi Dae Han?” Mae Ri berkata, “Aku lelah sekali. Siapa kalian ini?” Para penagih hutang kembali bertanya, “Hey kami bertanya dimana ayahmu itu?” Mae Ri menjawab, “Wi Dae Han itu bukan ayahku! Ibuku menikah dengan lelaki itu sehingga aku tidak punya hubungan darah sama sekali dengannya! Aku pun sering di pukuli olehnya, Lagi pula aku ditipu olehnya dan uang tabunganku di bawa pergi. Untuk apa aku melindunginya? Dan lagi besok adalah peringatan kematian ibuku, kenapa hal ini harus terjadi?”
Para Penagih hutang terdiam mendengar Mae Ri yang marah-marah seperti itu. Mae Ri berkata, “Jika kalian menemukan dia maka kalian harus menghubungi aku juga.” Para penagih hutang mengerti dan berkata, “Baiklah kau sudah cukup menderita. Kami pergi.”
Mae Ri masuk kedalam rumah dan dia menemui Ayahnya itu dengan senang karena berhasil menipu para penagih hutang itu. Pintu rumah Mae Ri tidak tertutup dengan rapat sehingga para penagih hutang itu mendengar pembicaraan Mae Ri dan tau bahwa Mae Ri berbohong. Mae Ri panik dan langsung mengunci pintu rumah. Para Penagih hutang memberontak dan berkata, “Bukalah pintu ini!” Mae Ri membalas, “Paman, jika kau menjadi aku apa kau akan membukakan pintu ini juga?”
Para penagih hutang itu marah-marah dan meminta agar pintu rumah segera di buka, bahkan para penagih hutang itu berkata bahwa Mae Ri dan Ayahnya sangat pintar berakting dan sebaiknya ikut opera saja. Ayah Mae Ri panik untuk memikirkan jalan keluar. Mae Ri membuka jendela dan meminta Ayahnya itu agar kabur dari jendela itu. Ayah Mae Ri sempat menolak karena dia ketakutan namun akhirnya dia mau kabur melalui jendela setelah Mae i terus mendesaknya dan mendorong agar kabur dari jendela.
Ayah Mae Ri kabur dari jendela dan ternyata Para penagih hutang melihat hal itu sehingga mereka mengejar Ayah Mae Ri yang berlari kabur. Para penagih hutang itu terus berteriak memanggil nama Ayah Mae Ri namun Ayah Mae Ri tidak menyerah dan terus berlari pergi untuk menghindari para penagih hutang tersebut.
Mae Ri diam sendiri di rumahnya sambil menonton TV. HPnya berbunyi ada telfon dari So Ra temannya Mae Ri yang mengajak Mae Ri untuk pergi keluar namun Mae Ri menolak dan beralasan bahwa dia sedang menonton drama. So Ra bilang bahwa Ji Hye teman mereka itu sedang mabuk dan tentu saja Mae Ri kaget mendengarnya.
Mae Ri menerima bayaran dari Ji Hye untuk mengendarai mobilnya dan Mae Ri berkata, “Ya kau sebaiknya panggil aku saja dari pada memanggil taxi. Aku akan memberikan setengah harga.” Ji Hye berkomentar, “Mae Ri, kau benar-benar berubah sejak tahun lalu.” Mae Ri tersenyum dan berkata, “Aku tidak ada pilihan lain. Jika aku ingin kembali sekolah maka aku harus mulai mencari uang yang banyak dari sekarang.” So Ra kasian melihat Mae Ri yang begitu dan bertanya, “Mae Ri apa kau tidak mau pergi bersama kita karena kau tidak ingin menghabiskan uangmu?” Mae Ri menjawab, “Aku tidak ingin mendengar hal itu jadi aku tidak ingin pergi.”
So Ra berkata, “Ayolah bermain bersama kami. Kau itu kurang cukup bermain Mae Ri.” Mae Ri tersenyum dan menjawab, “Baiklah karena kau sudah membayarku untuk mengendarai mobil ini maka aku akan bermain bersama kalian.” Ji Hye dan So Ra langsung berteriak senang dan mencari tempat tujuan mereka pergi. Ji Hye berkata, “Haruskah kita ke Hongdae?” So Ra menjawab dengan antusias, “Ya ayo kita ke Hongdae!!” Mae Ri mengerti dan berkata, “Baiklah kita akan pergi ke Hongdae!”
Moo Kyul (Jang Geun Suk) sedang berjalan sambil membawa gitarnya dan mendengarkan lagu. Dia berjalan santai di jalanan yang penuh dengan pejalan kaki.
Mae Ri mengendarai mobil dan mulai memasuki kawasan Hongdae. Mae Ri tidak begitu mengenal kawasan itu sehingga dia bertanya pada kedua temannya, “Aku hanya melihat cafe disini. Dimana clubnya? Hey aku tidak tahu kawasan ini, kemana aku harus menyetir?” So Ra menjawab, “Aku juga tidak tahu pasti kawasan ini. Teruslah menyetir hingga kita menemukan tempat yang bagus.”
Mae Ri terus melirik ke kanan dan ke kiri kawasan Hongdae untuk mencari club dan dia tidak melihat jalan di depan sehingga secara tiba-tiba dia menginjak remnya karena ada sesuatu yang terjatuh di depan mobil. Mae Ri panik dan berkata, “Aku sepertinya menabrak seseorang.” Ji Hye dan So Ra ikut panik dan ketakutan. Mae Ri turun dari mobil untuk memastikan apa yang dia tabrak dan dia berkata pada Ji Hye dan So Ra yang masih ada di dalam mobil, “Ini seorang manusia.” Ji Hye dan So Ra menjerit dan berkata, “Apa yang harus kita lakukan?”
Banyak orang yang melihat kejadian itu dan itu membuat Mae Ri semakin panik. Mae Ri menghampiri orang yang di tabraknya itu yang masih terkapar di jalan. Mae Ri berkata, “Permisi… Bangunlah. Oh Tuhan apa yang harus ku lakukan? Hey Apa kau tidak apa-apa?” Orang yang di tabrak itu mulai sadar dan dia adalah Moo Kyul. Mae Ri terus menatap Moo Kyul untuk beberapa saat hingga akhirnya dia sadar bahwa tangan Moo Kyul berdarah, “Tanganmu berdarah, apa kau tidak apa-apa?” Moo Kyul menjilat lukanya yang berdarah itu dan menjawab, “Tidak apa-apa.”
Moo Kyul mulai berdiri untuk memasang earphone-nya dan dia berkomentar pelan, “Huh aku terlambat.” Moo Kyul berjalan pergi dan krumunan orang yang tadi berkumpul pun mulai bubar. Mae Ri masih panik dan terus bertanya, “Apa kau benar tidak apa-apa?” Moo Kyul tidak mendengar pertanyaan Mae Ri dan terus berjalan pergi.
Ji Hye dan So Ra turun dari mobil lalu bertanya, “Mae Ri apa yang di katakan?” Mae Ri mejawab, “Dia bilang bahwa dia baik-baik saja.” Ji Hye menatap Moo Kyul dari belakang dan bertanya pada Mae Ri, “Dia itu siapa? Pengemis?” Moo Kyul berbalik ke belakang untuk menatap Mae Ri sesaat lalu berjalan pergi kembali. So Ra melihat wajah Moo Kyul dan berkomentar, “Wow dia tampan. Dia pengemis bunga yang tampan.” Mae Ri masih khawatir masalah tabrakan itu sehingga dia bertanya, “Dia tadi berkata bahwa dia baik-baik saja… Itu artinya dia baik-baik saja kan?”
Ji Hye sadar bahwa dari tadi Moo Kyul beberapa kali melihat ke arah mereka dan Ji Hye bertanya pada Mae Ri dan So Ra, “Apa dia melihat plat mobilku? Lihatlah dia beberapa kali melirik kemari. Aku pikir dia itu penipu. Bagaimana jika dia bilang bahwa dia baik-baik saja sekarang tapi di kemudian hari dia akan meminta uang padaku?” So Ra juga panik dan berfikir, “Bagaimana jika dia menuntut uang tabrak lari dari kita?” Mae Ri ikut panik dan bertanya, “Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?”
Ji Hye berkata, “Mae Ri kau yang menyetir!” Mae Ri takut dan bertanya, “Apa aku yang harus membayar denda itu?” Ji Hye menganggukan kepalanya dan So Ra berkata histeris, “Mae Ri bagaimana ini? Apa yang akan kamu lakukan?” Mae Ri panik dan mulai mengejar Moo Kyul.
Moo Kyul berjalan dengan cepat dan Mae Ri sulit menyusulnya apalagi jalanan sungguh ramai oleh pejalan kaki. Mae Ri terus berusaha megejar Moo Kyul namun pada akhirnya dia kehilangan jejak Moo Kyul. Mae Ri melihat ada sebuah pintu terbuka menuju ke sebuah tempat konser rock. Mae Ri bertanya-tanya, “Hmm apakah dia masuk ke sini?” Mae Ri pun masuk kedalam tempat konser itu.
Konser di dalam sudah dimulai. Mae Ri merasa bising sekali di dalam tempat itu dan dia mulai mencari Moo Kyul. Mae Ri terdiam sesaat saat melihat ada seorang pria di atas panggung dan sedang bernyanyi, Mae Ri memuji pria tersbeut “Wow keren….” Mae Ri terus melihat pria itu dan dia menyadari sesuatu, “Bukankah itu pria yang miskin itu?” Ya pria yang sedang bernyanyi di atas panggung itu adalah Moo Kyul.
Mae Ri mencba menarik perhatian Moo Kyul dengan melompat-lompat dan berteriak menanyakan keadaan Moo Kyul namun karena keadaan tempat yang bising sehingga Moo Kyul sama sekali tidak mendengarnya. Mae Ri terus melompat-lompat dan dia menginjak kaki seorang wanita. Mae Ri melihat wanita itu dan bertanya, “Apa kau Seo Joon yang artis itu?” Wanita itu kaget dan diam saja. Mae Ri meminta maaf atas tebakannya yang begitu saja dan wanita itu pun pergi.
Mae Ri kembali melihat Moo Kyul yang sedang bernyanyi dan dia berkomentar, “Hmm pengemis bunga itu sepertinya baik-baik saja. Dia benar-benar bersemangat. Itu melegakanku.” Soo Ra menelfon Mae Ri dan Mae Ri langsung mengangkatnya. Mae Ri bilang bahwa dia tidak begitu jelas mendengar suara Soo Ra karena keadaan yang bising dan lagi dia tidak tahu dimana keberadaannya sekarang ini. Soo Ra menanyakan keadaan pengemis bunga yang di tabrak tadi dan Mae Ri bilang bahwa dia baik-baik saja. Mae Ri menutup telfon dan berniat berjalan keluar namun dia menghentikan langkahnya untuk berbalik dan berkata, “Tidak. Aku tidak dapat membiarkannya karena mungkin saja dia akan melaporkan pada polisi.”
Mae Ri mengeluarkan HPnya dan memotret Moo Kyul yang sedang bernyanyi itu dan dia tersenyum saat melihat hasil fotonya. Karena keadaan sangat bising, Mae Ri pun mulai berteriak, “Disini bising sekali! Berisik!!!!”
Moo Kyul sudah selesai konser dan dia pun berjaan keluar dari tempat konser itu. Dan terlihat ada Seo Joon si artis itu yang diam-diam memperhatikan Moo Kyul dari belakang.
Mae Ri berdiri di dekat pintu keluar artis dan dia bertanya pada salah seorang penggemar yang juga sedang berdiri di dekat pintu keluar, “Apakah nanti penyanyi yang tadi akan keluar dari sini?” Penggemar itu menjawab, “Ya dia akan keluar dari sini.” Mae Ri kembali bertanya, “Kapan itu?” Penggemar itu menjawab, “Seharusnya sekarang tapi entahlah.”
Para penggemar yang berkumpul di pintu keluar cukup banyak dan mereka mulai menjerit histeris saat melihat Moo Kyul keluar dari pintu. Moo Kyul memberikan tanda tangannya dan memeluk para penggemarnya itu. Mae Ri menghampiri Moo Kyul dan berkata, “Permisi… Apa kau mengingatku? Ingatlah kejadian tadi.” Moo Kyul kebingungan dan bertanya, “Mi Nyu Gi? Ah Ji Hye?” Moo Kyul memeluk Mae Ri secara tiba-tiba dan pergi begitu saja. Mae Ri masih bengong namun dia akhirnya sadar dan berkata, “Bukan itu yang aku maksudkan! Hey kau bisakah kita berbicara sebentar!” Mae Ri terus berteriak seperti itu namun Moo Kyul tidak mendengarkannya karena terlalu sibuk dengan para penggemarnya.
Mae Ri mengikuti Moo Kyul dari belakang dan dia kehilagan jejak Moo Kyul. Namun beberapa saat kemudian dia melihat Moo Kyul yang sedang berbicara dengan seorang wanita. Wanita itu marah-marah dan menampar Moo Kyul. Moo Kyul tidak mempedulikan wanita itu dan langsung pergi. Mae Ri kaget melihat kejadian itu dan berkata, “Dia membuat wanita itu menangis. Aku pikir dia itu laki-laki yang jahat. Tapi sesungguhnya dia bisa saja melaporkanku yang melakukan salah…”
Mae Ri terus mengikuti Moo Kyul yang bertemu dengan seorang wanita di sebuah cafe. Mae Ri berkomentar, “Dia bertemu dengan wanita lain setelah dia putus. Dia benar-benar playboy. Ada sesuatu yang mencurigakan dari laki-laki itu. Jika aku tidak mengatur hal ini, konsukuensinya akan sangat besar.”
Wanita yang bertemu dengan Moo Kyul itu membahas tentang penampilan Moo Kyul dan Moo Kyul harus membuat semacam gerakan saat ada di atas panggung untuk first stage-nya Moo Kyul nanti. Moo Kyul terlihat tidak peduli dan bertanya, “Sejak kapan ada band yang membuat gerakan seperti tarian?” Wanita itu menjawab, “Kenapa kau bersikap seperti ini? Kau tidak bisa berkembang jika bersama mereka.” Moo Kyul sudah kesal dan berkata, “Jika bukan dengan bandku dan bukan dengan music yang aku sukai maka aku tidak akan melakukannya.” Wanita itu berkomentar, “Huh kau ini benar-benar tidak menyadari reslistis. Lakukanlah apa yang aku katakan padamu. Jika kau ingin membatalkan kontrak kita maka kita bisa pergi ke pengadilan. Kau harus membayar kerugian 3 kali lipat.”
Moo Kyul melihat surat kontrak itu dan langsung merobeknya. Wanita itu marah dan berkata, “Apa yang kau lakukan? Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja jika kau melakukan hal ini?” Moo Kyul mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya pada wanita itu. Wanita itu melihat amplop dan berkata, “Apa ini? Apa kau menyerahkan kembali deposit keamananmu atau sesuatu?” Moo Kyul menjawab, “Ya. Aku tidak ingin berdebat kembali jadi biarkan aku pergi.” Wanita itu mulai marah dan berkata, “Hey apakah kau tau berapa besar investasiku yang kuberikan padamu selama 3 bulan ini?” Moo Kyul menjawab, “Ini seluruh warisanku dan aku tidak memiliki apapun yang tersisa lagi.”
Wanita itu berkata, “Baiklah. Seujujurnya kau ini bukan tipe orang yang mendengarkan ucapanku dan aku lelah bekerja denganmu.” Moo Kyul menarik amplop yang tadi dia berikan pada wanita itu, wanita itu kaget dan bertanya, “Hey apa kau ingin mengambil kembali uang itu?” Moo Kyul mengambil selembar uang dan berkata, “Pergilah.” Wanita itu mengambil amplop berisi uang dan berkata, “Baiklah aku pergi dan aku akan membayar minuman ini.” Wanita itu pergi dan Moo Kyul tersenyum.
Mae Ri langsung menghampiri Moo Kyul yang masih duduk dan berkata, “Hallo aku penggemarmu, bisakah kau tanda tangan disini?” Moo Kyul bertanya, “Siapa namamu?” Mae Ri menjawab, “Wi Mae Ri.” Moo Kyul memberikan tanda tangan di kertas dan tanda tangan itu sangat besar dan ada nama Mae Ri. Mae Ri terlihat kecewa dan berkata, “Hmm bukankah ini terlalu besar?” Moo Kyul bertanya, “Apa ada masalah dengan ini?” Mae Ri menjawab, “Tidak. Tapi bisakah kau menuliskan namamu dengan huruf kecil disini.” Moo Kyul menuliskan namanya dengan huruf kecil di sudut kertas. Setelah menuliskan namanya, Moo Kyul biasanya memeluk fansnya namun Mae Ri langsung menolak, “Tidak perlu. Tidak perlu seperti itu. Terima kasih banyak. Terima kasih.” Mae Ri langsung pergi dan Moo Kyul duduk sendirian dengan perasaan curiga.
Mae Ri berlari keluar dari cafe itu dan dia sangat senang karena dia berhasil mendapatkan tulisan tangan Moo Kyul. Ternyata Mae Ri ada maksud tersembunyi dengan meminta tulisan tangan Moo Kyul itu. Ya Mae Ri berniat membuat sebuah kontak perjanjian agar Moo Kyul tidak menuntutnya suatu hari nanti atas kejadian tabrakan tadi.
Mae Ri menulis surat kontrak itu di sebuah kursi dan ternyata Moo Kyul melihat hal itu dari dataran yang lebih tinggi dari kursi itu dan tentu saja Mae Ri awalnya tidak menyadari kehadiran Moo Kyul. Moo Kyul merebut kertas itu dan bertanya, “Apa ini?” Mae Ri sangat kaget dan sulit menjelaskannya. Moo Kyul mengangkat kertas itu tinggi-tinggi sehingga Mae Ri melompat-lompat untuk mengambil surat kontrak itu. Moo Kyul langsung merobek kertas perjanjian itu dan membuat Mae Ri melongo kaget. Moo Kyul berjalan pergi meninggalkan Mae Ri yang berteriak meminta berbicara dengan Moo Kyul untuk sesaat.
Akhirnya Mae Ri berbicara bersama dengan Moo Kyul di sebuah tempat minum. Mae Ri bertanya, “Apa kau benar-benar tidak apa-apa?” Moo Kyul menjawab, “Aku sudah katakan bahwa aku baik-baik saja.” Mae Ri menyerahkan sebuah kertas dan berkata, “Kalau begitu tanda tangani ini.” Moo Kyul bertanya, “Apa kau pernah ditipu?” Mae Ri menjawab, “Ya pernah. Maka dari itu aku tidak percaya pada orang selain keluargaku.”
Moo Kyul berkomentar pelan lalu menawarkan Mae Ri untuk minum namun Mae Ri menolaknya karena jika dia mabuk maka dia akan melupakan segalanya. Moo Kyul terus menatap Mae Ri sehingga Mae Ri pun berkata, “Baiklah… Jika aku minum ini sekali maka kau harus bersedia menandatanganinya.” Mae Ri meminum segelas soju dan berkata, “Sudah. Kau harus menandatanganinya.” Moo Kyul berkomentar, “Aku tidak pernah menangdatangani hal seperti itu lagi.” Mae Ri kesal dan bertanya, “Apa kau pernah tertipu?” Moo Kyul menganggukan kepalanyaa.
Mae Ri bertanya, “Apa kau minum karena itu?” Moo Kyul kembali mengangguk dan menjawab, “Ya. Karena moodku sedang buruk jadi minum saja.” Mae Ri menolak dan bilang bahwa dia tidka bisa minum terlalu banyak namun Mae Ri langsung berfikir dan berkata dalam hati, “Ah dia sudah sedikit mabuk, jika aku membuat dia minum beberapa gelas saja maka dia akan benar-benar mabuk dan menandatangani kontrak itu.” Mae Ri berkata, “Karena kau sedang dalam mood yang buruk maka aku akan menuangkan soju ini untukmu. Minumlah.” Moo Kyul tidak langsung minum dan menuangkan soju pada gelasnya Mae Ri. Mae Ri dengan lemas menerima gelas soju itu.
Mae Ri sengaja duduk menyamping dan membuang soju itu. Moo Kyul melihat itu dan berkomentar, “Jangan membuang itu!” Mae Ri kaget dan bertanya, “Apa kau melihatnya?” Moo Kyul mengangguk dan berkata, “Kau melanggar peraturan. Sekarang kau harus meminum 2 gelas.” Moo Kyul menuangkan soju ke gelas Mae Ri dan Mae Ri meminumnya. Moo Kyul tersenyum melihat hal itu.
Mereka mabuk dan keluar dari tempat minum itu. Moo Kyul mengenggalmtangan Mae Ri dan bernyanyi pelan. Mae Ri melepaskan genggaman tangan itu dan berkata, “Biarkan aku pergi. Ah ini surat kontrak itu.” Moo Kyul melihat surat kontrak itu dan bertanya, “Surat perjanjian apa ini? Kau ini benar-benar menyebalkan dan sangat lucu juga.” Moo Kyul mencubit pipi Mae Ri dan Mae Ri langsung marah, “Apa kau gila? Moodku hari ini sungguh buruk.” Moo Kyul bertanya, “Moodmu buruk? Kenapa kenapa kenapa?” Mae Ri menjawab, “Ini semua karenamu dan karena rumahku… Apa kau tau seberapa lelahnya aku hari ini?” Moo Kyul berkomentar, “Kau tidak boleh lelah!”
Moo Kyul tiba-tiba memeluk Mae Ri dan Mae Ri mendorongnya sambil marah-marah, “Apa kau gila? Kau melakukan kontak fisik hanya karena mabuk. Aku akan mati.” Mae Ri mencari Moo Kyul di sekelilingnya namun dia tidak menemukannya dan itu membuat Mae Ri berkomentar, “Ah lupakan itu. Dirimu yang kekanak-kanakan itu aku menolak semua itu! Huh aku akan pulang saja.” Mae Ri berjalan pergi dan tiba-tiba Moo Kyul muncul di hadapannya sambil memegang bunga kol. Mae Ri jelas kebingungan melihat bunga kol yang di bawa oleh Moo Kyul itu.
Moo Kyul memberikan bunga kol pada Mae Ri dan terus tertawa sementara Mae Ri melihat bunga kol itu dengan wajah kecewa. Moo Kyul tiba-tiba menghentikan tawanya dan mendekat ke arah Mae Ri karena dia melihat ada luka di kening Mae Ri. Moo Kyul menyibakkan poni Mae Ri dan bertanya, “Apa ini?” Mae Ri kaget dan langsung menutupi lukanya dan menjawab, “Aku mendapatkan luka ini saat masih kecil.” Moo Kyul masih penasaran dengan luka itu dan berkata, “Sepertinya lukanya cukup berat, karena kau wanita pasti kau mengalami kesulitan karena luka itu.” Mae Ri berkata, “Aku tidak mengalami kesulitan apapun! Bukan karena luka ini maka aku memiliki poni yang tebal. Ini memang gayaku.”
Mae Ri merapihkan poninya untuk menutupi kembali lukanya itu. Moo Kyul kembali menyibakkan poni itu dan melihat luka Mae Ri lebih dekat, “Ini sangat cantik. Bekas luka ini seperti tanda sihir Harry Potter.” Mae Ri heran mendengarnya dan bertanya, “Apa itu Harry Potter?” Moo Kyul mendekat ke Mae Ri dan mencium kening Mae Ri. Mae Ri kaget dicium secara mendadak seperti tu dan dia masih terus tidak menyangka.
Moo Kyul berjalan pergi dan Mae Ri memegang keningnya sambil tersenyum dan berkata, “Jiwanya benar-benar sangat bebas ya.” Mae Ri berjalan mengikuti Moo Kyul dari belakang dan saat melihat kedepan, Moo Kyul sudah tidak ada. Mae Ri berkomentar, “Kemana dia pergi? Dia membuat hatiku berdetak cepat dan sekarang dia menghilang…”
Mae Ri melihat ke sebuah gang dan dia menemukan Moo Kyul yang duduk di jalanan itu. Mae Ri menghampiri Moo Kyul dan berkata, “Huh dia tidak seperti kucing jalanan. Apa yang kau lakukan di jalan? Hey kau, bangun! Jika kau tidur seperti ini maka kau bisa sakit.” Moo Kyul tidak juga terbangun dan akhirnya Mae Ri ikut merasa lelah dan duduk di samping Moo Kyul sambil berkomentar, “Ini benar-benar gila… Aku sungguh lelah. 1 Hari ini terasa seperti 3 hari 4 malam. Aku merasa ingin mati saja.” Dan akhirnya Mae Ri pun tertidur di sisi Moo Kyul.
Mae Ri terbangun dan berkata, “Dingin sekali… Aku tidak terbiasa tidur tanpa selimut. Aku merasa pusing huh aku bahkan tidak ingat jam berapa aku pulang ke rumah.” Mae Ri melihat bunga kol yang sudah layu dan dia kaget, Mae Ri tambah kaget saat melihat ada gitar Moo Kyul di rumahnya. Mae Ri berkomentar, “Sepertinya aku membawa gitar ini saat aku mabuk, apa yang harus kulakukan? Ini kebiasaanku jika mabuk.”
Mae Ri membuka tempat gitar itu dan melihat ada foto seorang wanita yang memegang anak anjing. Mae Ri bertanya-tanya, “Hmm apakah wanita ini lebih tua darinya? Dia pasti di kelilingi oleh banyak wanita. Ah apakah dia juga pulang ke rumah? Lalu bagaimana aku mengembalikan gitar ini padanya? Aku bahkan tidak mendapatkan kontrak itu dari dia karena aku mabuk. Dia seharusnya baik-baik saja bukan? Ah tidak tahu!!” Mae Ri berbaring di lantai karena kebingungan. Mae Ri melihat HPnya dan sadar bahwa dia telat datang ke tempat kerjanya.
Mae Ri pergi ke kamar untuk mengambil tasnya dan dia tidak sempat untuk berganti baju. Mae Ri pergi keluar drai rumah dan terlihat selimut yang ada di tengah ruangan itu bergerak dan di dalam selimut itu ada Moo Kyul yang sedang tertidur.
Mae Ri bekerja menjadi office girl di sebuah perusahaan. Saat direktur perusahaan melewati Mae Ri, Mae Ri langsung menyapanya “Direktur, bagaimana? Apakah pekerjaanmu selesai dengan baik?” Direktur itu menatap Mae Ri kasihan lalu meminta Mae Ri untuk berbicara dengannya sebentar.
Mae Ri pulang ke rumah dengan lemas dan ternyata Direktur perusahaan itu memecatnya karena keadaan perusahaan yang sedang dalam ujung tanduk dan dia tidak mungkin memecat karyawan sehingga Mae Ri lah yang di pecat. Mae Ri duduk di tengah ruangan dan mulai menghitung 1 hingga 10 sambil memejamkan matanya. Saat dia membuka kembali matanya, Mae Ri berkata dengan riang, “Benar… mereka tidak membayar banyak padaku dan aku hanya mengerjakan tugas-tugas kecil saja. Aku rasa aku akan mendapatkan pekerjaan lain.”
Mae Ri menyalakan TV dan bilang bahwa dia sudah lama sekali tidak menonton TV pada siang hari seperti ini. Mae Ri menonton drama dan membuka kaos kakinya. Mae Ri berjalan menuju kamar mandi sambil matanya terus menatap ke TV. Pintu Kamar mandi terbuka dan Mae Ri sangat kaget saat melihat Moo Kyul baru keluar dari kamar mandi. Moo Kyul bertanya, “Apa kau memiliki conditioner?” Mae Ri balik bertanya, “Kenapa kau ada disini? Bagaimana bisa kau menemukan rumahku?” Moo Kyul menjawab dengan santai, “Kita datang bersama kemarin.” Mae Ri kaget mendengarnya, “Hah bersama? Aku pulang bersama denganmu?”
Moo Kyul mengeringkan rambutnya yang basah dan menjawab, “Ya aku menggendongmu kemari karena kau tertidur di jalan dan kau bilang harus pulang ke rumah.” Mae Ri berkata, “Seharusnya kau segera pergi setelah mengantarkan aku pulang!” Moo Kyul bilang bahwa dia juga lelah sehingga tertidur di rumah Mae Ri. Mae Ri berkata, “Kalau begitu seharusnya kau segera pergi setelah bangun. Kenapa kau masih disini?” Moo Kyul berkomentar, “Hey aku baru bangun. Dan lagi bagaimana mungkin di rumah seorang gadis tidak ada conditioner.” Mae Ri kesal dan berkata, “Sudah jam berapa ini, kenapa kau baru bangun? Kau ini masih muda, apa kau tidak bekerja?” Moo Kyul menjawab dengan santai, “Hari ini aku tidak ada konser.”
Mae Ri cepat-cepat meminta Moo Kyul pergi dan mendorong Moo Kyul agar segera keluar dari rumahnya namun Moo Kyul tidak mau keluar karena rambutnya belum selesai di keringkan. Mae Ri berkata, “Seseorang yang sudah memiliki pacar segarusnya tidak bertindak seperti ini.” Moo Kyul kebingungan dan bertanya, “Pacar?” Mae Ri menjawab, “Ya ada fotonya di tempat gitarmu itu.” Moo Kyul mengerti dan berkata, “Aaah So Young?” Mae Ri mengikuti ucapan Moo Kyul dan berkata, “Aaah kenapa kau tidak pergi ke tempat So Young saja? Cepatlah pergi.”
Mae Ri mendorong pinggang Moo Kyul agar segera pergi dan tiba-tiba Moo Kyul berteriak kesakitan. Mae Ri kebingungan dan Moo Kyul menarik bajunya untuk memperlihatkan pinggangnya yang membiru akibat menggendong Mae Ri kemarin dan lagi kemarin dia tertabrak oleh mobil yang di kendarai oleh Mae Ri. Mae Ri jelas kaget mendengar hal itu.
Moo Kyul asik menonton TV sementara Mae Ri mengolesi pinggang Moo Kyul dengan obat. Mae Ri bertanya, “Apakah sebaiknya kau pergi ke rumah sakit saja?” Moo Kyul menjawab, “Ini tidak begitu buruk.” Mae Ri merasa lega mendengar hal itu namun di dalam hati dia berkata, “Ya jika kau pergi ke rumah sakit maka kau seorang penakut!” Mae Ri tidak sengaja terlalu menekan pinggang Moo Kyul yang sakit sehingga Mo Kyul berkata, “Berhati-hati lah.” Mae Ri dengan pasrah menjawab, “Ya baiklah…” Mae Ri dalam hati kembali berkata, “Sudah kuduga akan seperti ini. Aku seharusnya mendapatkan kontrak itu kemarin. Bagaimana jika dia melaporkan aku sebagai pelaku tabrak lari?Siapa identitas aslinya itu?”
Moo Kyul tiba-tiba bertanya, “Berapa umurmu?” Mae Ri menjawab, “24 tahun.” Moo Kyul berkomentar, “Ah jadi umur kita sama.” Mae Ri kaget dan berkata dalam hati, “APA? Si berengsek ini… Aku berbicara dengan bahasa formal sementara dia menggunakan bahasa informal di depanku.” Moo Kyul seperti mengerti dengan pikiran Mae Ri makanya dia berkata, “Berbicaralah dengan bahasa yang informal.” Mae Ri berkomentar, “Tidak apa-apa. Aku tidak biasa berbicara informal dengan seseorang yang membuatku tidak nyaman.” Moo Kyul bertanya, “Tidak nyaman?”
Mae Ri pun menjelaskannya, “Ya maksudku situasi kita ini tidak nyaman.” Moo Kyul bertanya kembali, “Siapa namamu?” Mae Ri menjawab, “Namaku Wi Mae Ri. Mae Ri.” Moo Kyul berfikir sesaat dan berkata, “Mae Ri? Merry Christmas?” Mae Ri berkomentar, “Kalimat itu adalah yang paling aku benci. Nama yang sangat kekanak-kanakan dan itu lah yang selalu di ucapkan oleh anak-anak SD untuk memanggilku.” Moo Kyul hanya mengangguk mengerti.
Mae Ri lalu bertanya, “Hmm perlukah aku bertanya berapa lama kau ada disini?” Moo Kyul berfikir sesaat dan mejawab, “Sepertinya aku akan pergi sekarang.” Mae Ri sangat senang dan berterima kasih pada Moo Kyul. Moo Kyul akan berdiri namun dia kembali merasa sakit dan itu membuat Mae Ri khawatir, “Apa sakit? Dimana lagi sakitnya?” Moo Kyul menunjuk pinggangnya, “Tulang pinggangku. Mereka bilang luka akibat tabrakan itu cukup serius.” Mae Ri tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan kembali mengolesi pinggang Moo Kyul dengan obat.
Mae Ri pergi ke kamarnya dan menelfon Ji Hye, “Apa yang harus aku lakukan? Dia benar-benar mendapakanku dan memanfaatkan aku. Apa yang harus aku lakukan?” Ji Hye menjawab, “Itulah sebabnya kau harus mengambil situasi ini setelah kecelakaan. Kau cukup menghampirinya dan bayar saja untuk pengobatannya.” Mae Ri berkata, “Dari mana aku mendapatkan uang itu? Tolong aku teman.” Ji Hye berkata, “Hey kaulah yang mengendarai mobil itu. Asuransiku hanya bisa mengganti kerugian saja. Carilah jalan keluarnya sendiri. Kau cukup pintar dalam mengatur hal itu karena Ayahmu dan kau telah melalui banyak kejadian dalam setahun ini. Kenapa kau berpura-pura lemah hah?” Mae Ri kesal dan berkata, “Aku mengerti. Aku tutup telfonnya!”
Mae Ri berkata, “Apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar tidak bisa hidup. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Baiklah aku akan tidur saja.” Mae Ri mencoba tidur di lantai kamarnya tanpa tempat tidur atau pun selimut. Saat Mae Ri ingin tidur, terdengar suara gitar dan itu membuat Mae Ri sangat kesal, “Aku sungguh lelah tapi suara ribut itu mengangguku! Apa aku harus mencabut kabel gitar itu hah?”
Para penagih hutang itu masih mengejar Ayah Mae Ri. Ayah Mae Ri terus berlari kabur dan akhirnya dia menghentikan sebuah taxi lalu kabur bersama taxi itu sementara para penagih hutang itu marah-marah karena kehilangan Ayah Mae Ri.
Ayah Mae Ri melihat harga argo di taxi itu dan langsung mengecheck berapa uang yang ada di dompetnya. Uang yang ada di dompetnya itu kurang sehingga dia meminta supir taxi untuk menurunkannya di pinggir jalan lalu dia meminta maaf kepada seupir taxi itu. Supir taxi itu pun menurunkan Ayah Mae Ri di pinggir sebuah jembatan lalu pergi.
Ayah Mae Ri terlihat merenung sesaat di pinggir jalan jembatan itu dan berkata, “Baiklah aku tidak dapat hidup lebih lama lagi. Aku harus mengakhirinya.” Ayah Mae Ri berjalan perlahan-lahan ke tengah jalan agar ada mobil yang menabraknya namun dia sendiri merasa ketakutan dan usahanya yang pertama gagal. Ayah Mae Ri kembali mencoba berjalan ke tengah jalan dan dia justru di marahi oleh pengendara mobil, “Hey bung jika kau ingin mati jangan disini!” Ayah Mae Ri kaget dan langsung meminta maaf.
Ayah Mae Ri melihat ke laut yang ada di bawah jembatan dan dia mendapatkan ide bunuh diri dengan cara terjun ke laut itu. Namun lagi-lagi rencana itu gagal karena Ayah Mae Ri sangat ketakutan untuk melompat ke laut itu.
Mae Ri mencoba mencari pekerjaan sambilan dengan melihatnya dari koran dan menelfon perusahaan yang sedang membutuhkan seorang pegawai. Mae Ri menelfon sebuah perusahaan dan bilang bahwa dia ini sedang cuti dari kuliah jurusan sastra Korea. Kantor itu sepertinya menolak orang yang belum sarjana sehingga Mae Ri tidak berhasil mendapatkan pekerjaan itu. Mae Ri terus berusaha mencari kerja sambilan namun dia terus di tolak. Mae Ri pun mengeluh kesal, “Kenapa begitu sulit?”
Mae Ri memejamkan matanya dan tiba-tiba dia berkata, “Dia baru bangun… sekarang dia berjalan ke kamar mandi. Oh dia menuju dapur. Dia mengambil panci lalu menempatkan air kedalam panci itu lalu di simpan di atas kompor. Ah sekarang dia membuka bungkus ramennya.” Mae Ri membuka matanya dan berkata, “Oh tidak! Itu bungkus ramen terakhirku!!”
Mae Ri duduk terdiam di depan Moo Kyul yang sedang memakan ramen. Moo Kyul bertanya, “Kapan kau pindah kemari?” Mae Ri menjawab, “Aku tidak pindah kemari.” Moo Kyul menebak, “Lalu apa petugas lelang mengambilnya?” Mae Ri kaget karena Moo Kyul dapat menebaknya dengan benar. Mae Ri melihat buku kuliahnya di gunakan sebagai alas panci dan tentu saja dia langsung mengambil buku kuliahnya itu. Moo Kyul kembali menebak sesuatu, “Kau cuti kuliah karena biaya, benar bukan?” Mae Ri kaget dan bertanya, “Dari mana kau tau hal itu?” Moo Kyul menjawab, “Aku juga seperti itu.”
Moo Kyul menawari Mae Ri untuk makan ramen namun Mae Ri diam saja sehingga Moo Kyul pun melanjutkan makan ramen. Mae Ri merebut sumpit Moo Kyul dan berkata, “Sekarang giliranku makan.” Moo Kyul bertanya, “Apa kau tidak memiliki kimchi?” Mae Ri menjawab, “Mana mungkin aku memiliki kimchi, kulkas saja aku tidak punya.” Moo Kyul merebut sumpintnya kembali dan sengaja mengambil mie lebih banyak. Mae Ri langsung perotes, “Hey bagaimana bisa kau mengambil mie sebanyak itu? Kau melanggar peraturannya.” Moo Kyul tidak mempedulikannya dan terus makan ramen itu. Mae Ri berkata, “Hey sekarang ini giliranku!” Moo Kyul tidak mau dan berkata, “Tapi aku yang memasaknya.” Mae Ri merebut panci ramen dan mereka berdua berebut makan ramen.
Setelah selesai makan, Mae Ri mencuci panci dan dia kesal karena yang di lakukan oleh Moo Kyul hanya duduk dan bermain gitar saja. Mae Ri berkata, “Hey kau! Musim panas akan berakhir dan dalam beberapa bulan musim dingin akan datang. Apakah kau tidak akan menyiapkan apapun untuk musim dingin?” Moo Kyul tidak mempedulikan hal itu dan terus memainkan gitarnya. Mae Ri kesal dan langsung berjalan menghampiri Moo Kyul dan memperlihatkan foto Moo Kyul yang saat sedang bernyanyi di konser saat itu. Mae Ri berkata “Kau terlihat sangat normal dan baik-baik saja dalam foto ini jadi berhentilah seperti orang sakit.” Moo Kyul menunjuk pinggangnya dan Mae Ri tambah kesal, “Hey itu hanya berwarna biru saja.”
Moo Kyul terdiam dan Mae Ri bertanya, “Apa kau marah? Maafkan aku tapi ini bukan berarti aku tidak mempercayaimu. Lihatlah foto ini, kau sungguh terlihat baik-baik saja disini.” Moo Kyul berkata, “Aku baik-baik saja. Aku harus pergi sekarang.” Mae Ri kaget dan bertanya, “Apa kau benar-benar baik-baik saja? Apa kau benar-benar akan pergi?” Moo Kyul menjawab, “Ya. Hari ini aku ada pertunjukan konser.” Mae Ri sangat berterima kasih pada Moo Kyul yang sudah akan pergi.
Moo Kyul sedang berisap-siap pergi dan Mae Ri mengingat sesuatu, “Ah tunggu. Tolong kau tanda tangani kontar ini.” Moo Kyul menandatanganinya dengan cepat lalu berjalan ke pintu keluar dan berkata, “Merry Chsritmas!” Mae Ri dengan senang membalas, “Happy New Year!” Saat Moo Kyul sudah pergi, Mae Ri berkata “Akhirnya berakhir. Dia sungguh keren. Dia seharusnya menandatangani ini secepatnya, ini sangat sulit untukku.”
Teman-teman Band Moo Kyul sedang berkumpul di tempat konser yang ternyata tutup. Tentu saja teman bandnya Moo Kyul itu kesal dan marah-marah. Sementara itu Moo Kyul duduk diam dan melihat rambutnya. Seorang teman band Moo Kyul itu bilang bahwa yang paling menderita pasti Moo Kyul karena Moo Kyul mendapatkan kontrak palsu dan itu merugikan Moo Kyul. Moo Kyul diam saja tidak berkomentar apapun dan terus melihat rambutnya.
Para penggemar Moo Kyul datang dan langsung mengelilingi Moo Kyul untuk meminta tanda tangan. Teman band Moo Kyul melihat hal itu dan langsung terdiam dan kesal karena para penggemar itu hanya meminta tanda tangan Moo Kyul sementara teman band Moo Kyul tidak di anggap sama sekali.
Di bandara, Jung In dan Tuan Jung akhirnya sampai di Korea. Jung In bertanya pada Ayahnya itu, “Kau telah kembali ke Korea setelah meninggalkannya selama 20 tahun, apakah kau akan pergi ke sebuah tempat yang special?” Tuan Jung berfikir lama, “Hmm tempat special?”
Tuan Jung masuk kedalam mobil yang sudah di siapkan dan bertanya pada Jung In, “Apakah kau akan pergi ke kantor Chung Dam Dong?” Jung In menjawab, “Ya.” Tuan Jung lalu kembali berkata, “Ah mengenai wanita yang akan kau pilih melalui foto itu, aku akan makan malam bersama Tuan Song jadi kau bisa berbicara dengan dia mengenai perjodohan ini. Aku akan segera menelfonmu jadi bersiap-siaplah.” Jung In berkata, “Ya aku mengerti.” Rombongan Tuan Jung pergi dan tinggal Jung In sendiri di bandara.
Supir Jung In datang dan mempersilahkan Jung In untuk masuk kedalam mobil. Supir Jung In ini sangat bersahabat dan berkata, “Karena kau sudah tidak disini sejak usia 6 tahun, kau harus kembali ke korea setelah 20 tahun.” Jung In yang melihat pemandangan melalui jendela mobil langsung berkata, “Bisa aku lihat dokumen yang aku minta padamu?” Supir Jung In memberikan sebuah dokumen dan berkata, “Ini adalah pilihan dari casting yang di rencanakan oleh departemen.” Jung In mengucapkan terima kasih lalu melihat dokumen itu.
Jung In membuka dokumen itu dan melihat ada foto Seo Joon si artis itu. Jung In melihat foto itu lama dan terdiam.
Tuan Jung membawa buklet bunga dan datang ke tempat pemakaman bersama para pengawalnya. Tuan Jung melihat ada keributan di tempat pemakaman itu, keributan itu berasal dari Ayah Mae Ri yang berhasil tertangkap para penagih hutang. Tuan Jung melihat wajah Ayah Mae Ri dan berfikir sesaat.
Ayah Mae Ri di hajar oleh para penagih hutang itu hingga hidungnya mengeluarkan darah. Tiba-tiba dua orang laki-laki datang dan balas menghajar si para penagih hutang itu. Penagih hutang itu kaget dan babak belur setelah di hajar oleh 2 orang laki-laki itu. Para penagih hutang itu ketakutan dan langsung berlari pergi.
Ayah Mae Ri mengucapkan terima kasih banyak pada dua laki-laki yang dia tidak kenal itu. Tuan Jung muncul dan berkata, “Hey Wi Dae Han!” Ayah Mae Ri kaget dan langsung menghampiri Tuan Jung lalu berkata, “Hyung… Apa itu kau?” Ayah Mae Ri sangat senang dan langsung memeluk Tuan Jung.
Mae Ri duduk di halte bis sambil melihat koran yang membuka lowongan pekerjaan namun dia tidak berhasil mendapatkan satu pun pekerjaan. Bis sudah datang dan Mae Ri pun naik ke dalam bis. Saat Mae Ri akan membayar biara bis dengan kartunya, ternyata uang yang ada di kartu itu tidak mencukupi. Mae Ri mencari uang di dalam dompetnya namun tidak ada uang sama sekali. Supir bisa bertanya, “Kau akan naik atau tidak?” Mae Ri menjawab, “Tidak.” Mae Ri pun langsung turun dari dalam bis.
Mae Ri berjalan kaki untuk pulang dan dia diam-diam berjalan masuk kedalam rumahnya. Terlihat ada seorang wanita yang datang ke rumah Mae Ri dan marah-marah, “Hey kau! Sampai kapan kau akan bermain petak umpet denganku? Selain karena pembayaran uang sewa rumah yang terlambat, para penagih hutang itu sangat berisik dan membuatku tidak nyaman! Aku benar-benar tidak tahan jadi sebaiknya kau segera keluar saja!”
Mae Ri duduk di depan pintu dan menutup matanya untuk menghitung seperti yang biasa ia lakukan. Namun hingga hitungan ke 12 Mae Ri belum merasa membaik dan dia justri menangis sedih, “Ibu…Aku mengalami maa yang snagat sulit sejak tahun lalu. Hari ini adalah peringatan hari kematian Ibu namun aku tidak dapat menemuimu. Dan aku bahkan tidak tahu dimana keberadaan Ayah. Ibu… Apa yang harus kita lakukan dengan rumah ini? Kumohon tolong aku Ibu.”
Ada yang menekan bel dan Mae Ri tersentak kaget, “Ayah? Apa itu kau Ayah?” Mae Ri segera membuka pintu rumah dan yang dia lihat adalah Moo Kyul yang berkata, “Merry Christmas!” Moo Kyul langsung masuk kedalam rumah dan Mae Ri mencium bau alkohon dari Moo Kyul, “Hey kenapa kau mabuk seperti ini?” Moo Kyul tidak menjawab dan balik bertanya, “Kenapa kau menangis?” Mae Ri kaget dan berkata, “Menangis? Siapa yang kau maksud menangis?”
Moo Kyul melemparkan sebuah dus dan duduk di ruang tengah rumah Mae Ri, “Biarkan aku tinggal disini untuk beberapa hari.” Mae Ri kaget dan mengambil surat perjanjian lalu berkata, “Apa maksudmu hah? Kau sudah menandatangani surat perjanjian dan itu artinya ancamanmu sudah tidak berarti!” Moo Kyul berkomentar, “Aku sedang tidak mengancammu!” Moo Kyul memberikan Mae Ri sebuah amplop dan Mae Ri bertanya, “Apa ini? Ah ini uang.” Moo Kyul pun bilang bahwa uang itu untuk menyewa kamar di rumah Mae Ri.
Mae Ri bertanya, “Jadi karena itu kau datang hah?” Moo Kyul menjawab, “Ya. Disini nyaman.” Mae Ri kesal dan bertanya kembali, “Nyaman? Apa maksudmu dengan nyaman hah?” Moo Kyul memeluk selimut dan menjawab, “Hmm apa yang harus ku katakan? Aku merasa bahwa kau ini seperti saudara kandungku.” Mae Ri benar-benar tidak percaya dengan yang di katakan oleh Moo Kyul. Moo Kyul berkata, “Ini tidak akan lebih dari seminggu. Lagi pula sepertinya aku yang akan lelah karena semua ini.” Mae Ri bertanya, “Apa maksudmu hah?” Moo Kyul menjawab, “Setelah seminggu, gadis-gadis akan menghampiriku dan memintaku menikahi mereka. Itu membuatku lelah.” Mae Ri berkata, “Dengar, aku tidak akan melakukan hal itu padamu!”
Mae Ri memaksa Moo Kyul pergi dan dia berkata, “Jika kau ingin tinggal di rumah seseorang maka sebaiknya kau pergi ke rumah So Young atau rumah yang lainnya saja. Cepatlah dan pergi.” Moo Kyul berkomentar, “So Young sudah menemukan pria lain.” Mae Ri menarik Moo Kyul agar segera pergi.
Tiba-tiba terdengar suara bel dan itu membuat Mae Ri kaget apalagi ada suara Ayahnya, “Mae Ri ini Ayah. Apa ada seseorang di dalam?” Moo Kyul bertanya pada Mae Ri, “Apa kau tinggal bersama Ayahmu?” Mae Ri tidak menjawabnya karena dia benar-benar kebingungan. Mae Ri mendapatkan ide dan membawa Moo Kyuk kedekat dapur dan meminta Moo Kyul melompat keluar dari jendela. Moo Kyul menolaknya dan berkata, “Kenapa aku harus melakukannya? Angin diluar sangat kencang dan dingin.” Mae Ri tidak ada pilihan lain dan menarik Moo Kyul ke kamar mandi. Mae Ri meminta Moo Kyul agar tidak berisik.
Mae Ri membukakan pintu dan Ayah Mae Ri langsung masuk kedalam, “Mae Ri apa yang terjadi?” Mae Ri menjawab, “Ah itu… Hanya tadi aku bertengkar dengan para penagih hutang.” Ayah Mae Ri khawatir dan langsung memeluk Mae Ri, “Ah Mae Ri ku.” Mae Ri berkata, “Ayah tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja.” Ayah Mae Ri melepaskan pelukannya dan berkata, “Ya aku tidak akan khawatir lagi. Kita akan benar-benar ‘hidup!’” Mae Ri kebingungan dan bertanya, “Apa maksudmu? Tunggu! Apa kau membuat masalah lagi? Ayah apa yang kau lakukan kali ini?” Ayah Mae Ri berkata, “Ya, aku mendapatkan Jackpot! Sekarang kau dapat menikah dengan orang kaya dan aku dapat membayar hutangku. Dan lagi kau akan menjadi seorang Nyonya.” Mae Ri tidak mengerti dan berkata, “Apa maksudmu? Menikah?” Ayah Mae Ri menjelaskan, “Aku bertemu dengan seorang Hyung yang benar-benar dekat denganku dan dia sangat kaya di Jepang. Dan Hyung itu meninginkan anak laki-lakinya menikah denganmu.” Mae Ri tertawa dan berkata, “Ayah ini… Ayah berkata seperti ini seperti sedang ada di dalam sebuah drama saja.” Ayah Mae Ri berkata, “Hey Ayah katakan bahwa kau dapat menikah dengan orang kaya. Dan lagi kau tidak memiliki pacar sekarang ini.”
Ada suara air di kamar mandi dan Ayah Mae Ri merasa curiga. Mae Ri menghalangi pintu kamar mandi dan berkata, “Tidak ada apa-apa. Suara apa yang kau dengar itu? Ini benar-benar sunyi.” Ayah Mae Ri membuka pintu kamar mandi dan kaget melihat ada Moo Kyul yang habis buang air. Mae Ri jelas langsung mengalihkan pandangannya. Moo Kyul justru tersenyum melihat Ayahnya Mae Ri.

Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar